Senin, 03 November 2008

Bullying di Sekolah: Jogja tertinggi!!!

Masih cukup ingat kita dengan keroyokan sekelompok remaja putri di Pati bulan lalu. Heboh, media pun berlomba memberitakan. Baru sadar masyarakat kita, jika hal semacam itu telah jadi tren di ‘sebagian’ remaja kita. Tak berapa lama kemudian, video-video serupa pun bermunculan, sama, kasus mengenai kekerasan yang dilakukan sekelompok remaja terhadap seorang remaja lainnya, barangkali yang semakin menarik kali ini adalah, karena pelakunya remaja putri.

Belum lama dari berita-berita itu, sebulan sebelumnya, psikolog UI, Ratna Juwita, baru saja menyosialisasikan hasil surveynya tentang praktik bullying di lingkungan sekolah di Yogyakarta. Hasilnya cukup mencengangkan bagi saya, entah apa karena Jogja terkenal sebagai kota pelajar atau bagaimana? Rupanya ditemukan kasus bullying di 70,65 % SMP dan SMA di Jogja. Dan ini lebih tinggi dari tingkat bulliying (di sekolah) di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Bullying sendiri adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Dan peristiwanya, sangat mungkin terjadi berulang. Bullying terbagi menjadi tiga, pertama, fisik, seperti memukul, menampar, dan memalak atau meminta dengan paksa apa yang bukan miliknya. Kedua, verbal, seperti memaki, menggosip, dan mengejek. Ketiga, psikologis, seperti mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan, dan mendiskriminasikan.

Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain. Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya anak yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.

Berbicara mengenai dampak, para korban bullying, mungkin sekali mengalami trauma, depresi, yang bisa mengakibatkan gangguan mental di masa yang akan datang. Anak yang kerap menjadi korban bullying pun akan tumbuh menjadi orang yang pencemas. Dampak langsung dari bullying pada anak antara lain sulit konsentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.

Pada para pelakunya, bullying juga mendatangkan kerugian, karena mungkin sekali para pelaku cenderung memiliki kepribadian antisosial, kriminal dan suka sewenang-wenang saat mereka dewasa. Para pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak melakukan bullying.

Dari berbagai penelitian, ternyata bullying berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa.



sighuraba.wordpress.com

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP